“Luar biasa..” gumamnya dalam hati. Ia segera memarkirkan sepedanya dan bergegas menuju ke dalam gedung karena bel telah berbunyi.
“Alexa” sebuah suara mengejutkannya di lobi.
“Iya, saya” jawabnya spontan.
“Baguslah kau sudah datang. Ikuti aku” seorang perempuan paruh baya mengajaknya.
“penampilannya rapih dan seragamnya tak seperti siswa siswi itu. Juga bukan orang biasa, pasti salah satu guru di sini” gumamnya lagi dalam hati.
Ternyata ia di antar ke sebuah ruang kelas, letaknya melewati beberapa kelas dan lorong yang panjang. Kelas ini terlihat berbeda dari kelas yang lain. Letaknya di ujung koridor, terlihat biasa saja tak seperti kelas-kelas yang tadi Ia lewati. Sangat berbeda jauh.
Perempuan tadi memperkenalkan Alexa di depan kelas. Ia pun mempersilahkan Alexa untuk duduk dan memulai pembelajaran. Para siswa di kelas itu terlihat malas ketika belajar. Ada yang sedang bermain game dengan ponselnya, ada yang sedang tidur di bangkunya, dan ada yang memang memperhatikan pelajaran.
Bel berbunyi tanda jam istirahat telah tiba. Semua murid langsung saja berhamburan pergi keluar kelas. Alexa merasa tak enak berada di sana, suasana yang berbeda dari sekolah pada umumnya.
“Hi kau murid baru, kemarilah” sebuah suara memanggilnya. Dengan polosnya Alexa pergi menuju sumber suara itu. “Jangan hanya menatap, ambil ini dan pergi ke kantin. Sekarang'' suruh gadis itu.
“Apa ini?” Alexa bertanya. “Jangan banyak Tanya dan lakukan saja!” teriak gadis itu.
“sudah cukup! Jangan lakukan itu lagi” suara lain menyaut. Juga seorang gadis namun berbeda dari gadis di yang menyuruh Alexa. “Mengapa kau selalu ikut campur urusanku, Ha!” melotot ke arah gadis itu. “Kau berani membentakku?” Tanya gadis satunya.
Dengan terus saling tatap Alexa dibawa oleh gadis yang membelanya tadi. “Kau tidak papa?” Tanya gadis itu pada Alexa. Gadis itu bernama Jeni. “Seharusnya kau lawan saja dia, kenapa kau diam saja” Jeni memberondong pertanyaan. Alexa hanya menatapnya dengan kagum. Bagaimana dia membelanya padahal kita belum kenal.
Dengan peristiwa yang telah terjadi mereka pun menjadi semakin akrab. Mereka sering berangkat bersama ke sekolah, bahkan juga mulai bermain bersama. Mereka Pun membuat sebuah medallion sebagai pertanda persaudaraan mereka yang baru. Alexa pun menjadi gadis yang ceria lagi.
Suatu hari Jeni tak masuk kelas, tak ada yang tahu kemana Ia. Bahkan Alexa pun tak tahu Ia kemana. Jeni tak mengatakan apapun. Dengan perasaan khawatir Alexa menuju rumah Jeni. Sesampainya di sana Ia mendapati rumahnya kosong. Ia hanya bertemu dengan pembantu rumah tangganya saja. Setelah bertemu dengan pembantunya Alexa keluar gerbang dengan penuh uraian air mata. Lantas ia segera pergi menuju sebuah Rumah Sakit. Di sana Ia berlari menuju sebuah ruangan. Di depan ruangan itu sudah banyak orang yang menunggunya. Ia menemui kedua orang tua Jeni dan dipersilahkan masuk.