blog post.jpg
SHARE THIS POST

Download Aplikasi Ngedongeng di



Di sebuah kota kecil yang sangat indah, hiduplah seorang gadis buruk rupa. Ia gadis culun berkacamata dan berkepang dua. Ia sering kali menjadi bahan ejekan oleh teman-temannya. Gadis itu bernama Alexa. Hidup tanpa ayah dan ibu, Ia di asuh oleh paman dan bibinya.


Alexa telah menganggap paman dan bibinya sebagai orang tuanya, begitu pula sebaliknya paman dan bibinya telah menganggap Alexa sebagai anaknya. Hal itu lantaran paman dan bibinya juga tak memiliki anak. Mereka hidup dengan sederhana di rumah yang sederhana namun sangat indah. Rumah bergaya klasik yang di depannya dihiasi taman kecil penuh bunga-bunga.

Hari itu adalah hari pertama Alexa untuk masuk ke sekolahnya yang baru. Sebenarnya belum lama Alexa pindah ke kota kecil yang indah itu, Ia pindah dari kota sebelumnya karena dia sering di bully di sekolahnya. Ia berharap bahwa takkan ada yang membulinya di kota baru ini.

Matahari bersinar sangat indah, cahayanya yang kekuningan membuat tanaman dan bunga-bunga terlihat sangat indah. Tetesan embun dari dedaunan dan ranting-ranting menambah suasana asri. Apalagi kicauan burung-burung yang sangat indah itu.

“Alexa cepat bangun sayang.. sudah siang” teriak seorang perempuan yang tak lain adalah bibinya.

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Di dalam kamar yang serba putih Alex telah bangn dan memandangi dirinya di depan kaca. Ia mengurai rambutnya dan mencoba penampilan baru, namun mendengar suara bibinya memanggil Ia mengurungkan niatnnya. Ia merasa tak pantas dan kurang percaya diri. “Iya bibi aku datang” jawab Alexa.


Dengan cepat Alexa turun dan menemui paman dan bibinya. Mereka telah bersiap untuk sarapan bersama. Keluarga yang benar-benar bahagia.

Dengan menaiki sebuah sepeda ia menuju sekolahnya. Ia begitu menikmati perjalanan itu. Pemandangan khas kota kecil yang indah menemaninya.

Sampailah ia di sekolahnya yang baru. Begitu berkelas, bahkan mengalahkan sekolahnya yang dulu sangat jauh. Para siswa di sana tak terlihat seperti dari keluarga biasa sepertinya.

“Apa benar ini sekolahku? Mengapa aku merasa ragu.. ayolah.. bagaimana ini” tanyanya dalam hati. Dengan sangat terpaksa Ia memasuki sekolah itu. Halaman yang sangat luas dan indah.

blog post.jpg

“Luar biasa..” gumamnya dalam hati. Ia segera memarkirkan sepedanya dan bergegas menuju ke dalam gedung karena bel telah berbunyi.


“Alexa” sebuah suara mengejutkannya di lobi.

“Iya, saya” jawabnya spontan.

“Baguslah kau sudah datang. Ikuti aku” seorang perempuan paruh baya mengajaknya.

“penampilannya rapih dan seragamnya tak seperti siswa siswi itu. Juga bukan orang biasa, pasti salah satu guru di sini” gumamnya lagi dalam hati.

Ternyata ia di antar ke sebuah ruang kelas, letaknya melewati beberapa kelas dan lorong yang panjang. Kelas ini terlihat berbeda dari kelas yang lain. Letaknya di ujung koridor, terlihat biasa saja tak seperti kelas-kelas yang tadi Ia lewati. Sangat berbeda jauh.

Perempuan tadi memperkenalkan Alexa di depan kelas. Ia pun mempersilahkan Alexa untuk duduk dan memulai pembelajaran. Para siswa di kelas itu terlihat malas ketika belajar. Ada yang sedang bermain game dengan ponselnya, ada yang sedang tidur di bangkunya, dan ada yang memang memperhatikan pelajaran.

Bel berbunyi tanda jam istirahat telah tiba. Semua murid langsung saja berhamburan pergi keluar kelas. Alexa merasa tak enak berada di sana, suasana yang berbeda dari sekolah pada umumnya.

“Hi kau murid baru, kemarilah” sebuah suara memanggilnya. Dengan polosnya Alexa pergi menuju sumber suara itu. “Jangan hanya menatap, ambil ini dan pergi ke kantin. Sekarang'' suruh gadis itu.

“Apa ini?” Alexa bertanya. “Jangan banyak Tanya dan lakukan saja!” teriak gadis itu.

“sudah cukup! Jangan lakukan itu lagi” suara lain menyaut. Juga seorang gadis namun berbeda dari gadis di yang menyuruh Alexa. “Mengapa kau selalu ikut campur urusanku, Ha!” melotot ke arah gadis itu. “Kau berani membentakku?” Tanya gadis satunya.

Dengan terus saling tatap Alexa dibawa oleh gadis yang membelanya tadi. “Kau tidak papa?” Tanya gadis itu pada Alexa. Gadis itu bernama Jeni. “Seharusnya kau lawan saja dia, kenapa kau diam saja” Jeni memberondong pertanyaan. Alexa hanya menatapnya dengan kagum. Bagaimana dia membelanya padahal kita belum kenal.

Dengan peristiwa yang telah terjadi mereka pun menjadi semakin akrab. Mereka sering berangkat bersama ke sekolah, bahkan juga mulai bermain bersama. Mereka Pun membuat sebuah medallion sebagai pertanda persaudaraan mereka yang baru. Alexa pun menjadi gadis yang ceria lagi.

Suatu hari Jeni tak masuk kelas, tak ada yang tahu kemana Ia. Bahkan Alexa pun tak tahu Ia kemana. Jeni tak mengatakan apapun. Dengan perasaan khawatir Alexa menuju rumah Jeni. Sesampainya di sana Ia mendapati rumahnya kosong. Ia hanya bertemu dengan pembantu rumah tangganya saja. Setelah bertemu dengan pembantunya Alexa keluar gerbang dengan penuh uraian air mata. Lantas ia segera pergi menuju sebuah Rumah Sakit. Di sana Ia berlari menuju sebuah ruangan. Di depan ruangan itu sudah banyak orang yang menunggunya. Ia menemui kedua orang tua Jeni dan dipersilahkan masuk.

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Di ruangan itu Jeni terbaring lemah dengan selang di hidungnya. Alexa bener-benar terpukul dengan keadaan itu. Bahkan Jeni tak mengatakan apapun tentang penyakitnya. Ia begitu marah pada Jeni, ia merasa tak di anggap sebagai sahabatnya lagi. Namun Ia hanya dapat menangis di samping Jeni yang sedang terbaring. Tak berselang lama Jeni terbangun dari tidurnya. Ia menatap sekitar dan Alexa. Ia segera menggenggam tangan Alexa. Menenangkannya dan mengatakan bahwa Ia baik-baik saja.


Jeni meminta Alexa memanggilkan semua orang. Ia ingin berpamitan. Dengan tangis yang semakin menjadi Alexa memanggil semua orang, Ia benar-benar dalam keadaan rapuh. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk sahabatnya ini. Jeni memanggil Alexa, Ia ingin mengatakan sesuatu padanya.

“Satukan kedua medallion itu, kau harus menjaganya. Maka kau tak perlu merasa sendirian lagi. Aku akan tetap melindungimu. Jadi jangan cengeng lagi, dan ingat jangan mau jika gadis-gadis itu menyuruhmu. Dan satu hal yang pasti.. jangan berubah Alexa” kata terakhir yang Ia ucapkan sebelum kepergian untuk selamanya.

Setelah kepergian Jeni hari-hari Alexa sangat kelabu. Bahkan Ia memutuskan untuk tak pergi kesekolah. Ia hanya berdiam di kamarnya dan menatap dua medallion itu. Dalam keheningan Ia teringat dengan pesan terkhir Jeni. Alexa pun memutuskan untuk menyatukan kedua medallion itu dan mengenakannya ke sekolah. Namun di malam harinya Ia bermimpi bertemu dengan Jeni. Ia mengatakan sesuatu kepada Alexa.

Pagi hari segera datang, seperti biasa Alexa bersiap untuk pergi ke sekolah. Ia kembali berdiam diri menatap cermin. Dengan rambut yang terurai dan beberapa riasan di wajahnya. Ia Mengambil medallion yang ada di atas mejanya dan mengenakannya. Ia turun dan sarapan seperti biasanya. Paman dan bibinya sangat terkejut dengan perubahan penampilan Alexa.

Ia menjadi gadis yang sangat cantik. Ia pergi kesekolah dengan mengendarai sepedanya seperti biasa. Seluruh sekolah terkesima dengan kecantikan Alexa, semua mata tertuju padanya. Memasuki ruang kelas ia duduk di tempat duduknya, menatap ke bangku di sampingnya, bangku milik Jeni.

“Terima kasih untuk tetap di sampingku, dan tak membiarkanku sendirian…” gumamnya dalam hati sambil menatap langit.

blog post.jpg