Download Aplikasi Ngedongeng di
Setelah selesai, pria tersebut membawa patung dari mentega itu ke meja makan.
“Saya berdoa agar Tuan Count tidak marah dengan patung pengganti ini," ungkap pria itu.
Ketika Tuan Count dan teman-temannya datang untuk makan malam, hal pertama yang mereka lihat adalah patung singa kuning yang indah.
“Betapa indah karya seni ini!” mereka menatapnya sambil terharu. “Belum pernah ku temui karya yang indah seperti ini. Dan betapa anehnya dia memilih mentega sebagai bahan pembuatnya!”
Teman-teman Tuan Count ingin tahu siapa pematung yang telah membuat karya sehebat ini.
“Apa benar kalian ingin melihatnya?” tanya Tuan Count. Kemudian dia memanggil pelayan dan menanyakan keberadaan si pembuat patung yang indah itu. Si Ketua Pelayan menjawab, “Patung dari mentega yang indah itu diukir satu jam yang lalu oleh seorang anak kecil di dapur, Tuan."
Jawaban tersebut membuat teman-teman Tuan Count masih bertanya-tanya lagi. Hingga Tuan Count memerintahkan pelayan untuk memanggil anak laki-laki itu dan menyuruhnya masuk ke dalam ruangan.
Antonio merasa sangat gugup dan takut. Ia khawatir jika akan dimarahi oleh Tuan Count. Kakeknya menyuruh agar Antoni tetap tenang dan datang menghadap Tuan Count.
“Meski masih anak-akan. Kau telah membuat patung yang estetis, akan jadi mengagumimu. Siapakah namamu?”
“Nama saya Antonio Canova,” kata anak laki-laki itu.
“Lalu, siapa gurumu Nak?” Tuan Count kembali melontarkan pertanyaan.
“Saya tidak punya guru, Tuan. Tetapi kakek saya seorang pemecah batu. "
Seketika Antonio dikerumuni banyak orang. Mereka baru menyadari ternyata ada seorang seniman hebat di antara mereka. Mereka tahu bahwa pemuda itu seorang yang jenius. Berbagai pujian tak henti mereka ucapkan. Mereka akhirnya juga mengajak Antonio untuk makan malam bersama. Makan malam tersebut sekaligus makan malam sebagai penghormatan untuk Antonio. Seorang seniman muda berbakat.
Namun, ada suatu hal yang lebih menyenangkan hati Antonio.
“Mulai besok, tinggallah di rumahku ini Nak,” ujar Tuan Count. “Bekerjalah di sini untuk menjadi seorang seniman. Bakat geniusmu itu harus dikembangkan. Supaya bermanfaat bagi orang lain” tambah Tuan Count
Akhirnya, mulai keesokan harinya Antonio tinggal di rumah Tuan Count. Dia tak hanya mengukir mentega untuk dijadikan hiasan. Namun, dia benar-benar memahat marmer untuk dijadikan patung yang mewah dan megah. Kakek dan neneknya tentu tak dibiarkan tinggal kesusahan seperti sedia kala. Mereka juga diajak tinggal di rumah Tuan Count. Menjadi pelayan dan juru masak.
Kian lama keindahan patung karya Antonio makin terkenal ke seluruh wilayah di Italia, bahkan sampai ke luar negeri. Hingga beberapa tahun kemudian, dia dikenal sebagai pematung terhebat di dunia.