blog post.jpg
SHARE THIS POST

Download Aplikasi Ngedongeng di



Dahulu kala, di sebuah kota kecil di Italia tinggallah seorang anak laki-laki bernama Antonio Canova. Dia tinggal hanya bersama kakeknya, kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Kakeknya hanya seorang tukang batu, sehingga mereka sangat miskin. Untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari begitu sulit.


Antonio adalah anak yang lemah dan ringkih. Dia tidak bisa membantu kakeknya untuk bekerja. Hari-harinya dihabiskan ke tempat penambangan batu untuk ikut kakeknya. Ia tak suka bergaul dan bermain bersama teman-teman sebayanya. Saat kakeknya sibuk memecah batu-batu besar, Antonio akan bermain disekitarnya. Dia suka membuat patung kecil dari tanah liat yang lembut. Atau dia akan mengambil palu dan pahat, mencoba untuk membuat patung dari sepotong batu. Dia menunjukkan begitu banyak keahlian dalam membuat karya dari batu atau tanah liat sehingga kakeknya senang.


Kakek selalu bergumam bahwa cucunya nanti akan menjadi pemahat patung yang terkenal.

Kemudian ketika mereka di rumah pada malam hari, nenek Antonio akan bertanya, “Apa yang kau lakukan hari ini, pematung kecilku?”

Dan dia akan membawa Antonio ke pangkuannya sambil bernyanyi untuknya. Terkadang nenek juga banyak bercerita kepada Antonio. Cerita-cerita tersebut akan memenuhi pikirannya, dia akan berimajinasi tentang hal-hal indah. Keesokan harinya, ketika dia kembali ke pertambangan batu dengan kakeknya, dia akan mencari tanah liat dan mencoba membuat sesuatu yang telah diimajinasikan.

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Di kota tersebut juga tinggal seorang pria kaya raya yang bernama Tuan Count. Tuan Count kadang mengadakan makan malam yang mewah, dengan mengundang teman-temannya yang kaya dari kota lain.


Pada saat inilah kesempatan Kakek Antonio untuk pergi ke rumah Tuan Count. Dia akan membantu pekerjaan di dapur. Selain tukang batu, dia juga seorang juru masak yang andal.

Suatu hari Antonio pergi bersama kakeknya ke rumah mewah Tuan Count. Beberapa orang dari penjuru kota datang untuk menikmati pesta besar tersebut. Anak laki-laki itu tidak bisa memasak, dan dia belum cukup umur untuk membantu menyajikan makanan di atas meja. Namun, dia tetap berusaha membantu dengan panci dan ketel. Karena cerdas dan sigap, dia tetap bisa membantu dengan banyak cara lain.

blog post.jpg

Semua berjalan lancar, sampai tiba waktunya menyajikan hidangan untuk makan malam. Terjadi sebuah kecelakaan di ruang makan. Seorang pria bergegas ke dapur dengan membawa beberapa potong batu marmer di tangannya. Dia pucat, dan gemetar ketakutan.


“Apa yang harus saya lakukan? Apa yang harus saya lakukan?” dia sedikit berteriak sambil menangis. “Saya telah memecahkan patung yang ada di meja. Saya tidak bisa membuat meja terlihat cantik tanpa patung tersebut. Apa yang akan dikatakan Tuan Count?” ujarnya dengan wajah kebingungan.

Karena hal tersebut semua pelayan menjadi ketakutan, khawatir akan terkena masalah. Mungkinkah makan malam akan mengalami kegagalan setelah kejadian tersebut? Melihat meja makannya yang kacau, Tuan Count pasti akan sangat marah.

“Ah, apa yang harus kita lakukan?” mereka semua bertanya.

Kemudian Antonio Canova kecil meninggalkan panci dan ketel yang sedang dicucinya, ia mendekati pria yang menyebabkan masalah tersebut.

“Aku akan mengganti patungnya. Tapi, apakah Anda akan menata mejanyai?” tanya Antonio.

“Pasti,” ujar pria itu “Yang penting patung itu memiliki ukuran yang sama dengan sebelumnya.”

“Maukah Anda membiarkan saya mencoba membuatnya?” tanya Antonio “Mungkin saya bisa membuat sesuatu yang akan berhasil.” Mendengar ungkapan Antonio, pria itu tertawa.

“Omong kosong!” dia tertawa mengejek. “Siapa kamu” Bagaimana kamu bisa membuat patung seindah itu?”

“Saya Antonio Canova,” kata pemuda itu.

“Biarkan anak itu mencoba apa yang bisa dia lakukan,” kata seorang pelayan, yang mengenal Antonio. Maka, karena tidak ada lagi yang bisa dilakukan, pria itu mengizinkannya untuk mencoba.

Di atas meja dapur ada gumpalan besar mentega kuning. Mentega itu baru saja dibeli, masih segar dan bersih, terbuat dari susu di gunung. Dengan menggunakan pisau dapur, Antonio mulai membentuk dan mengukir mentega itu. Dalam beberapa menit dia bisa membentuk sebuah singa yang sedang berjongkok. Seketika semua pelayan berkerumun dan melihatnya.

“Sungguh cantik!” mereka menatapnya sambil menangis terharu. “Itu jauh lebih bagus daripada patung yang rusak.”

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Setelah selesai, pria tersebut membawa patung dari mentega itu ke meja makan.


“Saya berdoa agar Tuan Count tidak marah dengan patung pengganti ini," ungkap pria itu.

Ketika Tuan Count dan teman-temannya datang untuk makan malam, hal pertama yang mereka lihat adalah patung singa kuning yang indah.

“Betapa indah karya seni ini!” mereka menatapnya sambil terharu. “Belum pernah ku temui karya yang indah seperti ini. Dan betapa anehnya dia memilih mentega sebagai bahan pembuatnya!”

Teman-teman Tuan Count ingin tahu siapa pematung yang telah membuat karya sehebat ini.

“Apa benar kalian ingin melihatnya?” tanya Tuan Count. Kemudian dia memanggil pelayan dan menanyakan keberadaan si pembuat patung yang indah itu. Si Ketua Pelayan menjawab, “Patung dari mentega yang indah itu diukir satu jam yang lalu oleh seorang anak kecil di dapur, Tuan."

Jawaban tersebut membuat teman-teman Tuan Count masih bertanya-tanya lagi. Hingga Tuan Count memerintahkan pelayan untuk memanggil anak laki-laki itu dan menyuruhnya masuk ke dalam ruangan.

Antonio merasa sangat gugup dan takut. Ia khawatir jika akan dimarahi oleh Tuan Count. Kakeknya menyuruh agar Antoni tetap tenang dan datang menghadap Tuan Count.

“Meski masih anak-akan. Kau telah membuat patung yang estetis, akan jadi mengagumimu. Siapakah namamu?”

“Nama saya Antonio Canova,” kata anak laki-laki itu.

“Lalu, siapa gurumu Nak?” Tuan Count kembali melontarkan pertanyaan.

“Saya tidak punya guru, Tuan. Tetapi kakek saya seorang pemecah batu. "

Seketika Antonio dikerumuni banyak orang. Mereka baru menyadari ternyata ada seorang seniman hebat di antara mereka. Mereka tahu bahwa pemuda itu seorang yang jenius. Berbagai pujian tak henti mereka ucapkan. Mereka akhirnya juga mengajak Antonio untuk makan malam bersama. Makan malam tersebut sekaligus makan malam sebagai penghormatan untuk Antonio. Seorang seniman muda berbakat. Namun, ada suatu hal yang lebih menyenangkan hati Antonio.

“Mulai besok, tinggallah di rumahku ini Nak,” ujar Tuan Count. “Bekerjalah di sini untuk menjadi seorang seniman. Bakat geniusmu itu harus dikembangkan. Supaya bermanfaat bagi orang lain” tambah Tuan Count

Akhirnya, mulai keesokan harinya Antonio tinggal di rumah Tuan Count. Dia tak hanya mengukir mentega untuk dijadikan hiasan. Namun, dia benar-benar memahat marmer untuk dijadikan patung yang mewah dan megah. Kakek dan neneknya tentu tak dibiarkan tinggal kesusahan seperti sedia kala. Mereka juga diajak tinggal di rumah Tuan Count. Menjadi pelayan dan juru masak.


Kian lama keindahan patung karya Antonio makin terkenal ke seluruh wilayah di Italia, bahkan sampai ke luar negeri. Hingga beberapa tahun kemudian, dia dikenal sebagai pematung terhebat di dunia.

blog post.jpg