Download Aplikasi Ngedongeng di
Profesor lainnya menyetujui, dan mulai menyusun rencana serta perbekalan yang dibutuhkan Profesor Fram untuk pergi ke pulau itu. Mengingat pulau itu begitu jauh, sehingga tak menutup kemungkinan akan terjadi halangan di tengah jalan.
“Oh tunggu dulu. Untuk menuju keluar dari pulau ini, kita harus melewati Kota Butan. Di mana kota ini dan kota tersebut telah bermusuhan dari zaman dahulu. Untuk menghindari kota itu, kita harus mengelilingi pulau ini. Dan itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama.” Ujar Profesor Intel.
Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan. Mereka memutuskan agar Profesor Farm menyamar sebagai Profesor biasa yang tak datang dari kota ini. Sehingga ia tak bisa menggunakan kendaraan yang digunakan di kota ini. Keluar dari kota ini, ia akan menggunakan kendaraan umum, yang biasa digunakan oleh penduduk kota lain. Ini merupakan keputusan yang terbaik. Meskipun akan memakan waktu sedikit lama, tetapi mengelilingi pulau akan butuh waktu lebih lama lagi.
Tiba pula saatnya keberangkatan. Pforesor Farm diantar ke kota sebelah, wilayah sebelum Kota Buton. Dari sini ia menaiki kereta cepat yang akan membawanya ke pelabuhan di Kota Buton. Ia hanya berpenampilan biasa dan tak membawa berbagai peralatan canggih yang sudah biasa dipakai di kotanya.
Perjalanan terasa begitu lama. Ia tak bisa menikmati karena lingkungan sekitarnya tampak berbeda dengan tempat asalnya. Teknologi masih sangat kuno. Tak ada alat pintar yang bisa dimanfaatkan untuk menghilangkan kejenuhannya selama perjalanan. Ia juga malas melihat orang yang kagum saat naik kereta cepat, yang sesungguhnya kereta di kotanya bisa berjalan lima kali lipat lebih cepat dari kereta yang dinaikinya sekarang.
Keesokan harinya, sampailah Profesor Farm di Kota Buton. Tak ada seorang pun yang curiga dengannya. Akhirnya, ia turun dari kereta. Mencari makan, kemudian menuju dermaga.
Profesor Farm segera mencari kapal untuk menuju pulau kecil itu. Sayangnya, tak ada kapal melintasi pulau kecil itu. Jadi pantas saja, pulau itu tak berpenghuni. Untuk mempermudah perjalanannya, ia harus menyeberang ke pulau sebelah. Dan dari sana harus menyewa jasa perahu kecil.
Akhirnya, naiklah Profesor itu ke kapal besar yang akan membawanya ke pulau seberang. Tak memerlukan waktu cukup lama, hanya setengah hari ia telah sampai. Segeralah ia bergegas mencari jasa perahu yang mau mengantarnya ke pulau tujuan.
Sang Profesor bertemu laki-laki paruh baya yang memiliki perahu kecil.
“Maaf Pak, bisakah Anda mengantar saya menuju pulau kecil di seberang sana?” tanya Profesor.
“Saya hanya punya perahu kecil yang tak seberapa baik untuk dinaiki, Tuan.” ujar si pemilik perahu.
“Tidak apa. Saya hanya butuh tumpangan untuk menuju pulau itu.” kata Profesor.
Akhirnya tukang perahu menyiapkan perahu kecilnya untuk melakukan perjalanan laut yang sedikit jauh. Perjalanan yang mungkin belum pernah ditempuh oleh perahu-perahu kecil lainnya, atau bahkan oleh kapal besar sekali pun.
Di siang hari yang begitu terik mereka berangkat. Cuaca cukup cerah, sehingga kemungkinan perjalanan akan mulus sampai tujuan. Si tukang perahu mulai mendayung perahunya dengan perlahan, dari pesisir menuju tengah laut dan semakin ke tengah.
Profesor mulai jenuh. Ia merasa perjalanan begitu lama. Dan ia tak bisa melakukan apa-apa. Si tukang perahu masih menggunakan cara kuno agar perahunya bisa berjalan di atas air. Akhirnya, terbesit dalam pikirannya untuk membuka percakapan dan bertanya kepada si Tukang perahu.
“Hai Pak Tukang Perahu, saya ingin bertanya.” Katanya. “Apakah Anda telah belajar ilmu geologi” tanya Profesor
“Tidak pernah Tuan. Saya tidak tahu apa itu ilmu geologi.” Jawab Tukang Perahu.
“Berarti Anda telah kehilangan 30% dari hidup Anda karena tidak pernah belajar geologi.” Kata Profesor.
“Tukang Perahu, apakah Anda tahu tentang ilmu botani?” Sang Profesor bertanya lagi.
“Saya tidak pernah belajar tentang hal itu, Tuan.” Jawab Tukang Perahu.
“Wah... Anda telah kehilangan 30% lagi dari hidup Anda karena tidak belajar ilmu botani.” Kata Profesor lagi.
Perahu terus melaju, dan profesor kembali bertanya.
“Tukang Perahu, apakah Anda pernah belajar geografi?” Tanyanya lagi.
“Saya tidak mengetahui apa itu geografi Tuan Profesor.” Jawab tukang Perahu dengan kepala tertunduk karena merasa malu.
“Berarti Anda telah kehilangan 90% dari kemampuan hidup Anda karena tidak pernah belajar ilmu-ilmu penting tersebut.” Ujar Profesor.
Makin sore, angin berhembus kian kencang dan menimbulkan ombak besar. Ombak tersebut menerpa perahu dan membuatnya terbalik. Dalam kondisi tersebut, mereka berdua berpegangan perahu. Kemudian si Tukang Perahu ganti bertanya kepada Profesor.
“Tuan Profesor, apakah Anda pernah belajar berenang?” Tanya Tukang Perahu.
Di tangah kepanikan karena takut tenggelam, Sang Profesor menjawab, “Saya tidak pernah belajar berenang Pak Tukang Perahu.”
Sambil berenang menuju pulau terdekat, dengan berteriak si Tukang Perahu berkata, “Tuan Profesor, Anda akan kehilangan 100% hidup Anda karena tak pernah belajar berenang.”