blog post.jpg
SHARE THIS POST

Download Aplikasi Ngedongeng di



Ada sebuah kisah, di suatu yang telah maju dengan berbagai teknologinya yang canggih. Segala aktivitas manusia telah dibantu oleh teknologi. Baik pada kegiatan perindustrian, jual-beli, peternakan, pertanian, dan aktivitas lainnya. Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat kian mendorong cepatnya perkembangan teknologi.

Tentu, berkembangnya teknologi di kota ini karena peran para ilmuwan dan profesor. Mereka telah berkali-kali melakukan penelitian dan percobaan untuk membuat berbagai teknologi canggih tersebut. Singkatnya, kota ini telah dibangun sekian lama hingga menjadi kota yang maju seperti itu.

Laboratorium penelitian dibangun di tengah kota. Di sinilah para ilmuan berkumpul untuk melakukan eksperimen baru dalam menciptakan sebuah rekayasa. Mereka adalah para profesor yang telah menempuh pendidikan tinggi, dan menghabiskan sepanjang hidupnya untuk mengungkap rahasia alam dan menemukan hal-hal baru di dalamnya.

Suatu hari, di laboratorium beberapa profesor melakukan pengamatan pada peta 3 dimensi. Mereka mengamati beberapa pulau di sekitar kota itu. Terdapat banyak pulau kecil. Sebagain pulau telah dihuni oleh penduduk pribumi atau suku pedalaman.

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Perlu diketahui bahwa penduduk di luar kota ini masih menjalani kehidupan biasa seperti pada umumnya. Hanya kota inilah yang telah memiliki peradaban maju dan berkembang. Sehingga terkadang penduduk dari kota ini terkesan meremehkan ketika bertemu penduduk dari luar kota. Atau mereka akan merasa kesusahan saat berada di kota lain. Karena tak ada teknologi yang canggihnya sama dengan di kota mereka.


Saat melakukan pengamatan pada peta 3 dimensi tersebut, kebetulan ketua laboratorium bernama Profesor Intel menemukan sebuah pulau kecil yang letaknya agak jauh dari pulau besar yang mereka tinggali. Pada peta ia mendapati mulai masih hijau dan belum terdapat nama di pulau tersebut. Karena penasaran, ia mencari pulau itu di komputer canggihnya. Mencatat lokasi persis pulau tersebut berdasarkan garis lintang dan bujur, serta mengamati lingkungan sekitarnya.

Sepertinya, pulau tersebut belum berpenghuni. Ia kembali mencari informasi terkait pulau tersebut. Namun, tetap saja tak ditemukan informasi apapun. Merasa penasaran, akhirnya mereka mengadakan rapat kecil untuk melakukan eksperimen di pulau tak berpenghuni ini.

blog post.jpg

“Aku ingin salah satu dari kita pergi ke pulau itu untuk melakukan penelitian.” Ujarnya. “Namun, sebaiknya yang ke sana adalah profesor yang ahli di bidang geologi dan botani. Mengingat bahwa pulau ini sepertinya adalah pulau baru. Yang bisa jadi baru terbentu. Sehingga perlu dilakukan penelitian terkait asal-usul kehidupan dan tanaman yang sekarang berada di sana.”


Mereka yang ada dalam ruang rapat mulai berpikir terkait pulau tersebut. Beberapa saling mengungkapkan argumen dengan orang di sampingnya masing-masing. Tiba-tiba, seorang profesor yang masih agak muda mengangkat tangannya dan berkata.

“Jika dibutuhkan, saya akan siap untuk berangkat ke pulau kecil tak berpenghuni itu, Tuan” ujarnya.

“Bagus Tuan Farm. Kamu begitu ahli dalam geologi dan botani. Sehingga kami yakin dalam mempercayakan tugas ini kepadamu.” Profesor Intel mengatakannya dengan bangga.

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Profesor lainnya menyetujui, dan mulai menyusun rencana serta perbekalan yang dibutuhkan Profesor Fram untuk pergi ke pulau itu. Mengingat pulau itu begitu jauh, sehingga tak menutup kemungkinan akan terjadi halangan di tengah jalan.


“Oh tunggu dulu. Untuk menuju keluar dari pulau ini, kita harus melewati Kota Butan. Di mana kota ini dan kota tersebut telah bermusuhan dari zaman dahulu. Untuk menghindari kota itu, kita harus mengelilingi pulau ini. Dan itu akan membutuhkan waktu yang sangat lama.” Ujar Profesor Intel.

Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan. Mereka memutuskan agar Profesor Farm menyamar sebagai Profesor biasa yang tak datang dari kota ini. Sehingga ia tak bisa menggunakan kendaraan yang digunakan di kota ini. Keluar dari kota ini, ia akan menggunakan kendaraan umum, yang biasa digunakan oleh penduduk kota lain. Ini merupakan keputusan yang terbaik. Meskipun akan memakan waktu sedikit lama, tetapi mengelilingi pulau akan butuh waktu lebih lama lagi.

Tiba pula saatnya keberangkatan. Pforesor Farm diantar ke kota sebelah, wilayah sebelum Kota Buton. Dari sini ia menaiki kereta cepat yang akan membawanya ke pelabuhan di Kota Buton. Ia hanya berpenampilan biasa dan tak membawa berbagai peralatan canggih yang sudah biasa dipakai di kotanya.

Perjalanan terasa begitu lama. Ia tak bisa menikmati karena lingkungan sekitarnya tampak berbeda dengan tempat asalnya. Teknologi masih sangat kuno. Tak ada alat pintar yang bisa dimanfaatkan untuk menghilangkan kejenuhannya selama perjalanan. Ia juga malas melihat orang yang kagum saat naik kereta cepat, yang sesungguhnya kereta di kotanya bisa berjalan lima kali lipat lebih cepat dari kereta yang dinaikinya sekarang.

Keesokan harinya, sampailah Profesor Farm di Kota Buton. Tak ada seorang pun yang curiga dengannya. Akhirnya, ia turun dari kereta. Mencari makan, kemudian menuju dermaga.

Profesor Farm segera mencari kapal untuk menuju pulau kecil itu. Sayangnya, tak ada kapal melintasi pulau kecil itu. Jadi pantas saja, pulau itu tak berpenghuni. Untuk mempermudah perjalanannya, ia harus menyeberang ke pulau sebelah. Dan dari sana harus menyewa jasa perahu kecil.

Akhirnya, naiklah Profesor itu ke kapal besar yang akan membawanya ke pulau seberang. Tak memerlukan waktu cukup lama, hanya setengah hari ia telah sampai. Segeralah ia bergegas mencari jasa perahu yang mau mengantarnya ke pulau tujuan.

Sang Profesor bertemu laki-laki paruh baya yang memiliki perahu kecil.

“Maaf Pak, bisakah Anda mengantar saya menuju pulau kecil di seberang sana?” tanya Profesor.

“Saya hanya punya perahu kecil yang tak seberapa baik untuk dinaiki, Tuan.” ujar si pemilik perahu.

“Tidak apa. Saya hanya butuh tumpangan untuk menuju pulau itu.” kata Profesor.

Akhirnya tukang perahu menyiapkan perahu kecilnya untuk melakukan perjalanan laut yang sedikit jauh. Perjalanan yang mungkin belum pernah ditempuh oleh perahu-perahu kecil lainnya, atau bahkan oleh kapal besar sekali pun.

Di siang hari yang begitu terik mereka berangkat. Cuaca cukup cerah, sehingga kemungkinan perjalanan akan mulus sampai tujuan. Si tukang perahu mulai mendayung perahunya dengan perlahan, dari pesisir menuju tengah laut dan semakin ke tengah.

Profesor mulai jenuh. Ia merasa perjalanan begitu lama. Dan ia tak bisa melakukan apa-apa. Si tukang perahu masih menggunakan cara kuno agar perahunya bisa berjalan di atas air. Akhirnya, terbesit dalam pikirannya untuk membuka percakapan dan bertanya kepada si Tukang perahu.

“Hai Pak Tukang Perahu, saya ingin bertanya.” Katanya. “Apakah Anda telah belajar ilmu geologi” tanya Profesor

“Tidak pernah Tuan. Saya tidak tahu apa itu ilmu geologi.” Jawab Tukang Perahu.

“Berarti Anda telah kehilangan 30% dari hidup Anda karena tidak pernah belajar geologi.” Kata Profesor.

“Tukang Perahu, apakah Anda tahu tentang ilmu botani?” Sang Profesor bertanya lagi.

“Saya tidak pernah belajar tentang hal itu, Tuan.” Jawab Tukang Perahu.

“Wah... Anda telah kehilangan 30% lagi dari hidup Anda karena tidak belajar ilmu botani.” Kata Profesor lagi.

Perahu terus melaju, dan profesor kembali bertanya.

“Tukang Perahu, apakah Anda pernah belajar geografi?” Tanyanya lagi.

“Saya tidak mengetahui apa itu geografi Tuan Profesor.” Jawab tukang Perahu dengan kepala tertunduk karena merasa malu.

“Berarti Anda telah kehilangan 90% dari kemampuan hidup Anda karena tidak pernah belajar ilmu-ilmu penting tersebut.” Ujar Profesor.

Makin sore, angin berhembus kian kencang dan menimbulkan ombak besar. Ombak tersebut menerpa perahu dan membuatnya terbalik. Dalam kondisi tersebut, mereka berdua berpegangan perahu. Kemudian si Tukang Perahu ganti bertanya kepada Profesor.

“Tuan Profesor, apakah Anda pernah belajar berenang?” Tanya Tukang Perahu.

Di tangah kepanikan karena takut tenggelam, Sang Profesor menjawab, “Saya tidak pernah belajar berenang Pak Tukang Perahu.”

Sambil berenang menuju pulau terdekat, dengan berteriak si Tukang Perahu berkata, “Tuan Profesor, Anda akan kehilangan 100% hidup Anda karena tak pernah belajar berenang.”

blog post.jpg