"/>
blog post.jpg
SHARE THIS POST

Download Aplikasi Ngedongeng di



Dahulu kala di sebuah negeri antah berantah terdapat kampung tempat tinggal peri-peri yang memiliki sayap-sayap indah dan bisa digunakan untuk terbang. Salah satu di antara peri-peri itu, tinggallah seorang peri kecil yang bernama Peri Riana. Berbeda dengan peri-peri lainnya, Peri Riana terlahir dengan sayap yang amat kecil. Hal ini tentu menjadi kendala bagi Peri Riana untuk terbang.



Hingga saat Peri Riana tumbuh besar, maka sudah waktunya untuk ia sekolah. Di Kampung Peri terdapat sekolah yang bernama Latulip. Namun, sekolah tidak mau menerima Peri Riana. Hal ini karena Peri Riana tidak bisa terbang, sedangkan syarat utama untuk bisa masuk di sekolah Latulip, siswa harus bisa terbang. “Maaf Nak. Kami hanya menerima siswa yang memenuhi ketentuan sekolah.” Jelas Bu Guru.

Tentu hal ini tidak adil bagi Peri Riana. Bersama ibunya, Peri Riana tidak menyerah begitu saja. Ibunya mengajak para peri-peri lainnya untuk mendukung Peri Riana agar sekolah bisa menerimanya. Namun, semua itu tidak mudah. Seraya menunggu ibunya mencari dukungan dari peri-peri lainnya, Peri Riana tetap berusaha untuk daftar lagi ke sekolah Latulip.


Pada pagi hari itu, Peri Riana datang ke sekolah Latulip sendirian. Ia berharap kedatangannya kali ini sendiri akan diterima oleh guru-guru. Namun, hasilnya sama saja. Malah kali ini Peri Riana ditertawakan oleh para teman-temannya. Peri Riana pun langsung berlari menuju kebun bunga wijaya kusuma. Ia menangis di sana. Peri Riana sangat kecewa. Ia merasa perbedaannya dengan peri-peri lainnya adalah masalah besar sehingga ia layak untuk dijauhi. "Tapi, memangnya ada yang salah dengan menjadi berbeda?" ungkap Peri Riana tanpa mendapatkan suatu jawaban.


blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



Saat Peri Riana berteriak, ternyata suaranya sampai membangunkan kumbang yang sedang tidur di dalam bunga wijaya kusuma. Kumbang pun terbangun. Pada mulanya, kumbang sangat marah karena merasa diganggu tidurnya. Namun, saat Kumbang melihat Peri yang menangis sendirian, ia jadi turut prihatin. Kemudian, kumbang pun langsung menghampiri Si Peri dan mencoba menantinya.


“Hai Peri, siapa namamu? Mengapa kamu menangis sendirian di sini?”


Peri Riana sangat kaget ketika diajak si Kumbang berbicara. Maka, Peri Riana balik bertanya kepada Kumbang. “Siapa kamu? Apa kamu juga akan menghinaku seperti teman-temanku yang lain?”

“Tidak, tidak. Perkenalkan. Aku Kuma, aku berasal dari Kampung Kumbang. Aku tidak akan menghinamu, jangan takut Peri Cantik.”

“Aku Peri Riana. Hari ini aku sangat sedih sekali. Aku sudah dua kali mendaftar di sekolah Latulip, tapi aku ditolak. Padahal aku sangat ingin bisa masuk sekolah. Ibuku juga sudah berusaha untuk mencari dukungan kepada peri-peri lainnya agar aku bisa sekolah. Tapi, tidak semua peri setuju. Aku baru saja datang ke sekolah, mencoba untuk mendaftar lagi. Tapi, aku ditolak lagi. Bahkan kali ini, saat aku datang sendirian tanpa ibu, teman-temanku menertawakanku. Juga ada yang sampai mengejekku. Mereka bilang aku Peri yang cacat dan tak layak untuk masuk sekolah.”


“Maaf, Peri Riana. Apakah aku boleh bertanya, memangnya mengapa kamu kok tidak boleh masuk ke sekolah Latulip?”

“Lihatlah sayapku Kuma. Betapa kecilnya sayapku ini. Dengan sayap yang sekecil ini, aku tidak bisa terbang seperti peri-peri lainnya.”

“Tenang Peri Riana. Di kampung tempat tinggalku, kami para kumbang juga mempunyai sekolah. Kamu bisa sekolah di kampungku.”

“Tapi sekolah Latulip adalah sekolah khusus para Peri. Apakah sekolah di kampungmu juga khusus untuk para Peri?”

blog post.jpg

“Tidak Peri Riana. Sekolahku bukan khusus sekolah Peri. Di sekolahku, kebanyakan memang dari bangsa kumbang, tapi di sekolahku juga ada beberapa Peri di sana. Mereka juga memiliki sayap yang kecil. Ada juga yang punya sayap besar, tapi hanya satu. Selain itu, juga ada bangsa Kupu-Kupu yang sekolah di sana.”

“Wah, adil sekali sekolahmu. Apa nama sekolahmu? Bagaimana pelajaran di sana?”

“Sekolahku adalah Inklusi Semesta. Di sana, kami saling belajar bersama tanpa dibeda-bedakan. Sekolahku memang terdiri dari kelas-kelas. Tapi kelasnya dibuat berdasarkan kemampuan para siswanya.”

“Wah Kuma, sekolahmu sangat keren. Bagaimana aku bisa sekolah di sana?”

“Besok pagi-pagi sekali, temui aku di tempat ini. Aku akan mengantarkanmu ke sekolah Inklusi Semesta.”

“Lalu, bagaimana dengan ibuku? Saat ini ia sedang berjuang untuk mencari dukungan agar aku bisa masuk sekolah Latulip. Bagaimana jika suatu saat nanti sekolah Latulip mau menerimaku?” tanya Peri Riana kebingungan.

blog post.jpg

Download Aplikasi Ngedongeng di



“Itu sangat bagus Peri Riana. Jika sekolah Latulip sudah mau menerimamu dan peri-peri lainnya yang punya fisik berbeda, maka kamu bisa pindah sekolah ke sana.”

Peri Riana pun mengiyakan perkataan Kuma dan ia bersedia untuk sekolah di Inklusi Semesta.

Keesokan harinya, Peri Riana datang ke sekolah Inklusi Semesta bersama Kuma. Di sekolah itu, Peri Riana disambut baik oleh para guru dan teman-temannya. Benar seperti yang dikatakan Kuma, ada Peri Anari yang mempunyai satu sayap. Peri Anari pun menceritakan mengapa sayapnya hanya satu. Saat itu Peri Anari sedang masuk ke perangkap kucing liar, alhasil sayapnya yang satu nyangkut di perangkap dan menjadi patah.

Dari cerita Peri Anari, Peri Riana pun mendapatkan semangat untuk terus belajar dan berusaha. Peri Anari yang ebelah sayapnya terbuat dari daun pun tetap bisa terbang. Saat itu, Peri Riana berpikir, “Mengapa aku tidak bisa terbang. Aku akan belajar dengan keras.”

Sejak saat itu, Peri Riana sudah bertekad untuk terbang. Maka dia bangun pagi-pagi sekali untuk berlatih. Siang-malam dia berlatih. Saat peri-peri terbang setinggi semak-semak, Peri Riana belum juga bisa terbang. Tapi dia tekun mencoba. Ketika peri lain sudah bisa terbang setinggi pohon, akhirnya Riana bisa terbang. Dia hanya terbang setinggi rumput. Tapi paling tidak ada kemajuan! Riana terus gigih berlatih. Hingga akhirnya ia bisa terbang layaknya peri lainnya. Tapi tetap saja, ia tidak boleh masuk sekolah Latulip.

Pada suatu ketika, ada peri yang terjebak ke dalam lubang. Lubang itu sangat dalam, kecil, dan sempit. Lubang perangkap itu dibuat oleh kucing liar yang sebagai musuh para peri. Tidak ada yang bisa menolong peri itu, karena sayap peri-peri yang lebar tidak bisa memasukinya. Tapi Riana melompat masuk tanpa ragu. Hanya dalam hitungan detik, Riana berhasil menerbangkan peri muda itu keluar lubang. Sayapnya yang kecil bisa masuk ke lubang yang sempit itu.

Riana tahu kegigihannya selama ini telah membuahkan hasil. Sejak peristiwa itu, tidak ada lagi yang menganggap Peri Riana sebelah mata. Sekolah Latulip pun sudah memperbolehkan peri lain yang bernasib sama dengan Peri Riana untuk sekolah di sana setelah ibu Peri Riana bersama dengan peri-peri lainnya saling bekerja sama dan meminta keadilan dari pihak sekolah.

blog post.jpg