Download Aplikasi Ngedongeng di
Cerita Fiksi Memberi Pesan Mendidik Tanpa Hardik
“Hei anak kecil! Minggirlah! Kalau kau menghalangiku kau juga akan mati dipukuli warga.” Katanya dengan marah.
“Tidak! kamu itu pencuri. Cepat kembalikan tas yang kau curi!” kata Tuci dengan keras.
“Tidak mau! Ini bukan urusanmu!” balas si pemuda itu.
“Kembalikaaaan!” Balas Tuci.
Ketika Tuci berusaha menarik tas tersebut tiba-tiba Uti melompat dan menggigit tangan si Pemuda itu hingga berdarah.
“Aduhhhh sakit sekali!” teriak pemuda itu kesakitan. Tak berapa lama kemudian, tiba-tiba orang yang berteriak tadi pun sampai pada suara si pemuda itu dan melihat si pemuda itu tergeletak di tanah dengan tangan yang berdarah. Pak, ini maling yang sedang bapak cari,” kata Tuci kepada orang tersebut.
Orang-orang yang berteriak tadi pun langsung membawa pemuda itu ke kantor polisi dan salah seorang dari mereka mengambil tas tersebut sambil mengucapkan terima kasih kepada Tuci.
“Terima kasih ya nak. Kamu membantu saya untuk menangkap pencuri itu. Oh ya, sebagai balas jasa saya, saya punya pabrik sandal di belakang pasar ini. Kamu mau bekerja dengan saya? Kamu pedagang roti yang sering berjualan disini kan? saya sudah lama melihatmu tapi saya tidak tahu siapa namamu, Nak.” Kata orang tersebut.
“Ya benar pak. Saya Tuci. Wah, saya senang sekali bekerja di pabrik bapak.” Kata Tuci dengan senang.
Hmm,, baiklah kalau begitu saya akan membeli semua roti kamu dan berikan uang itu semua kepada yang membuatnya. Kamu tidak perlu lagi berjualan roti disini.” kata orag tersebut sambil tersenyum.
“Baik pak. Terima kasih banyak.” Balas Tuci sambil mencium tangan bapak tersebut.
Semenjak saat itu, Tuci dan Uti tidak lagi berjualan roti. Mereka menikmati bekerja di pabrik sandal.
Tuci teringat akan sandalnya yang hilang sebelah dan sudah tidak sedih lagi. Kini ia telah memiliki banyak sandal dan membuatnya dengan tangannya sendiri.