Download Aplikasi Ngedongeng di
Cerita Fiksi Memberi Pesan Mendidik Tanpa Hardik
“Wah kamu benar-benar curang! kamu tidak menepati janji kamu. Aku kecewa padamu. Kalau begitu biar adil, kamu juga tidak bisa memancing lagi, aku buang saja kailmu ini,” kata Asep sambil menarik tali pancing Ujang dengan sekuat tenaga. Terjadilah perkelahian diantara mereka berdua hingga begitu kuatnya tenaga Asep, kail si Ujang pun terlepas dari tali pancingnya. Dengan cepat, Asep menarik kail si Ujang dan melemparkannya ke arah sungai. Melihat hal itu, Ujang tampak geram lalu berusaha menangkap kail emasnya namun tiba-tiba ia terpeleset hingga jatuh kedalam sungai.
“Aaaaaa tolong aku Asep. Aku tidak bisa berenang....” teriak Ujang. Melihat keadaan Ujang, Asep tak tega membiarkannya karena ia khawatir Ujang akan tenggelam. Dengan cepat ia langsung lompat ke sungai dan menyelamatkan Ujang. Ia pun mulai membawa tubuh Ujang dari sungai. Perlahan ia naik ke atas daratan dengan tubuh Ujang yang sudah setengah pingsan. Asep berusaha memberikan bantuan pernafasan kepada si Ujang.
“Kamu ga apa-apa kan? Coba bernafas dengan perlahan, aku akan membantumu menepuk punggungmu,” kata Asep. Dengan perlahan Ujang mulai menarik nafasnya kemudian Asep menepuk punggungnya. Hingga akhirnya keluarlah air dari mulut Ujang dan Ujang pun berhasil diselamatkan.
“Terima kasih ya, Sep. Kamu sangat baik padaku. Aku minta maaf ya karena selama ini aku bersikap sombong kepadamu. Aku juga serakah dan mau menang sendiri. Aku janji aku tidak akan seperti itu lagi. Kamu mau kan berteman denganku lagi?” Tanya Ujang dengan rasa bersalah.
“Iya aku udah memaafkan kok. Kamu tetap temanku.” Kata Asep sambil tersenyum.
“Oh iya ngomong-ngomong, kail emasmu mana?” tanya Asep kepada Ujang.
“Oh kail emas? Aku udah lupa tuh. Hahahaha.” Balas Ujang dengan tawa. Sejak saat itu, Asep dan Ujang menjadi sahabat karib dan Ujang tidak pernah lagi mengingat kail emasnya yang pernah membuatnya celaka.