Dongeng Anak Jauhi Prasangka Buruk
Malam pun tiba. Semua hewan mulai berkumpul di hutan untuk melihat lomba cerdas cermat yang akan diadakan sebentar lagi. Para hewan dari penjuru hutan juga ikut meramaikan suasana hutan. Para penonton sudah bersiap melihat perlombaan yang diadakan setiap musim semi tiba. Tupi dan Mumu tampak berjalan bersama untuk mencari tempat duduk. Ketika semua sudah berkumpul, tiba-tiba Tupi menyeletuk,
“Coba lihat teman-teman. Dimana si Lila yang sombong? Aku tidak melihat ia ditemani siapa pun di lomba ini hahaha.”
“Hei jangan begitu. Bagaimana pun Lila juga peserta yang ada disini. Kita harus menjaga sopan-santun terhadap juri dan penonton lainnya,” ujar Mumu kepada Tupi.
“Ya..ya..ya.. kita lihat saja nanti. Aku yakin kamu yang akan memenangkan lomba ini,” kata Tupi dengan ketus.
“Diharapkan seluruh peserta lomba cerdas cermat duduk di bangku yang telah disediakan. Untuk kali ini, perlombaan final antara Mumu dan Lila kita beri tepuk tangan yang meriah,” kata MC sambil bertepuk tangan.
Seluruh penonton bersorak gembira dan memberi semangat kepada Mumu dan Lila. Pertandingan berlangsung seru hingga pada pertanyaan terakhir seluruh penonton mendadak hening.
“Apa pelajaran terakhir yang kamu pelajari di dalam hidupmu, nak? Tanya salah seorang juri kepada Mumu dan Lila.
Seketika Lila langsung mengangkat tangannya dan berkata “Aku ingin menjadi anak yang membanggakan kedua orang tuaku, pak juri. Aku tidak pernah melihat kedua orang tuaku lagi setelah hutan ini mengalami kebakaran hebat,” jawab Lila.